Baca Kiprah Politik Baddrut Tamam di Pilkada Pamikasan 2024 |

Melanjutkan momentum pilkada langsung di Kabupaten Pamikasan yang dimulai pada tahun 2008, seluruh eks Kabupaten Pamikasan mengikuti pemilu sebanyak dua kali.

Achmad Syafii menjabat sebagai Bupati Pamikasan pada tahun 2003 melalui pemilihan wakil Partai Demokrat Demokrat, dan kemudian mencalonkan diri kembali pada tahun 2008 pada pemilihan kepala daerah langsung pertama di Kabupaten Pamikasan.

Achmad Syafii kalah dari rivalnya Kholilurrahman yang berpasangan dengan Kadarisman Sastrodiwirjo. Kadarishman sendiri bertindak sebagai wakil bupati dan berpisah dari Syafii.

Achmad Syafii yang kalah pada Pilkada 2008, mencalonkan diri sebagai anggota DPR pada Pilkada 2009 melalui Partai Demokrat dan berhasil masuk Snayan dengan perolehan suara tinggi.

Pada Pilkada 2013, Holilul Rahman kembali dicalonkan sebagai bupati, kepala ke kepala Dengan Ahmed Shafee. Achmad Syafii dikalahkan oleh Kholilurrahman pada tahun 2008, kembali Dilanjutkan ke Pendapa Ronggosukowati.

Meski Holilu Rahman kalah dalam Pilkada 2013, mantan Ketua PCNU Pamekasan itu mengikuti jejak Achmad Syafii dengan meraih kesuksesan signifikan lewat perolehan suara Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan sukses melaju ke Senayan.

Tetap maju pada Pilkada 2018, Kholilurrahman yang kini menjadi politikus Senayan, berminat untuk kembali mencalonkan diri di Kabupaten Pamikasan. Namun penantangnya bukan lagi Achmad Syafii, melainkan pemuda yang masih kerabatnya, yakni Baddrut Tamam.

Kholilurrahman dan Badrut Tamam sama-sama merupakan politisi PKB saat itu. Persaingan sengit di tubuh PKB menyebabkan Kholilurrahman tersingkir dari partai yang berlambang bumi dikelilingi 9 bintang itu.

kepala ke kepala Dalam persaingan antara Holilur Rahman dan Badrut Tamam, Badrut Tamam menang dan dia adalah keponakan Holilur Rahman.

Pada masa Badrut, sistem pemerintahan berubah. Pemerintah pusat mengubah aturan pelaksanaan pemilu kepala daerah yang diadakan setiap lima tahun sekali menjadi serentak di seluruh Indonesia.

Badrut tentu saja tidak bisa mencalonkan diri saat menjabat sebagai bupati, karena masa jabatannya telah habis sebelum pemilihan kepala daerah dilaksanakan.

Jabatan pemerintahan kemudian diisi oleh Penjabat Bupati (Pj) yang ditunjuk oleh Kementerian Dalam Negeri.

Sebagai politisi senior di Jawa Timur, Badrut tak ingin kehilangan pekerjaannya. Ia tampaknya masih ingin meniru jejak politik bupati-bupati sebelumnya. Kalah dalam pemilu lokal dan berhasil maju sebagai calon legislatif.

Pada Pemilu 2024, mantan Ketua PKC PMII Jawa Timur ini akan maju sebagai calon legislatif dari partai politik mapan PKB.

Namun, ia gagal mengikuti jejak bupati sebelumnya. Ia gagal mengusung Sernayan karena tertinggal jauh dari perolehan suara calon PKR saat ini. Faktanya, peningkatan perolehan suara tidak signifikan. Di salah satu subbagian di Pamikasan, tidak ada suara yang diperoleh.

Pilkada 2024 otomatis tidak ada calon Petahana. Fattah Jasin, mantan Wakil Bupati Badrut, dikabarkan mencalonkan diri. Bahkan, Fateh Jasin dikabarkan mendapat rekomendasi dari PKB sebagai calon bupati dan diusung oleh PKB.

Sedangkan Badrut tidak dipertimbangkan PKB untuk lomba Pamikasan. Pihaknya berharap bisa mengusung Badrut sebagai calon kepala daerah di Provinsi Jawa Timur. Bahkan, ia juga diperkirakan masuk dalam kabinet Prabowo-Gibran sebagai Menteri Agama.

Bukankah PKB menyarankan Badrut mencalonkan diri ke Pamekasan dan membiarkannya bungkam karena gagal ke Senayan?

Jawabannya mungkin diam, atau mungkin gerakan aktif. Jika jawabannya diam, mungkin itu benar. Pasalnya, ia tidak menebar alat peraga kampanye di pinggir jalan seperti politisi lainnya. Bahkan, belakangan muncul dua tokoh di lingkungan PKB yakni Fattah Jasin dan Ketua DPC PKB Pamekasan Ali Wafa.

Kedua orang ini beserta alat peraganya tersebar luas di berbagai wilayah di Pamekasan. Bahkan sampai ke pelosok desa dan pedesaan. Di mana ada baliho Fata, tak jauh dari situ ada baliho Arivafa.

Jika jawaban kedua Badrut masih berlaku, maka itu tidak bisa disalahkan. Sebab, di berbagai platform media sosial, sel-sel Baddrut masih aktif membentuk citra politik.

Bahkan media menegaskan Baddrut dinilai masih berpeluang besar memenangkan rekomendasi PKB dari Fattah Jasin dan Ali Wafa.

Survei yang dilakukan salah satu partai politik di Pamekasan menempatkan Baddrut di peringkat ketiga, Achmad Baidowi di peringkat kedua, dan Kholilurrahman di peringkat pertama.

Maka di balik diamnya Badrutt di ranah publik, terdapat gerakan bawah tanah yang sewaktu-waktu bisa muncul untuk menyingkirkan kandidat lain, terutama yang berasal dari partainya sendiri.

Badrut telah lama dianggap sebagai sosok yang paling bergantung pada media, termasuk media massa dan media komunikasi lainnya seperti media sosial.

Tak satu hari pun berlalu selama masa jabatannya tanpa kabar tentang citranya. Karena itu, ia berani mengeluarkan anggaran besar untuk keperluan penerbitan.

Dalam politik modern, pendekatan ini berhasil dengan baik. Sebab, cakupan komunikasi media dengan masyarakat sangat luas. Komunikasi menggunakan media dan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.

Faktanya, komunikasi media mampu mengubah paradigma seseorang dalam waktu singkat. Media juga mampu menciptakan fantasi tersendiri bagi siapa pun. Termasuk mereka yang selama ini mengikuti media yang selalu membentuk citra diri Badruttamam.

Jika hal ini dikaji melalui paradigma konvergensi simbolik yang dikembangkan oleh Ernest Bormann, maka adanya fantasi bersama dapat mengubah individu menjadi suatu kelompok yang kohesif.

Individu dapat membangun kesadaran komunitas atau kelompok yang menjadi lebih kuat dan terus bertahan melalui narasi dan fantasi bersama.

Untuk mempertahankan keadaan ini, kelompok tersebut menggunakan narasi fantasi. Bahkan mendramatisir ceritanya. Unsur tokoh yang terlibat dalam fantasi akan menjadi agen yang menentukan kebenaran atau keabsahan cerita (agen sanksi).

Borman menyebutkan salah satu dari tiga aspek penting dalam membangun paradigma konvergensi simbolik, yaitu penemuan dan penataan pola komunikasi berulang yang secara evolusioner menunjukkan adanya kesadaran bersama dalam suatu kelompok.

Mungkin, Badrutt dan komunitasnya bersama-sama menggunakan metode paradigmatik ini untuk membangun narasi fantasi untuk memposisikan diri mereka Agen Sanksi.

Dengan demikian, Baddrut Tamam, sebagai agen yang hidup dalam komunitas politik (politik kebun binatang), tidak mau diam. Ia pasti akan bekerja keras untuk memperluas pengaruhnya dan bersaing di Pilkada Bamikasan 2024.

Ia terus mengintegrasikan individu ke dalam kelompok yang kohesif, membangun rasa kebersamaan yang semakin kuat yang terus eksis melalui narasi dan fantasi bersama.

_____

*Penulis Taufiqur Rahman Khafi, Praktisi Komunikasi dan Dosen Komunikasi Perguruan Tinggi Ushuluddin dan Dakwah IAIN Madura.

Tautan sumber